BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Secara
umum remaja dapat dilihat dan diamati sebagai suatu fase dalam siklus
pembentukan kepribadian manusia. Fase remaja ini mempunyai ciri-ciri tersendiri
yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Ciri-ciri yang menonjol
dari fase remaja yang tertuang dalam pola-pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan
generasi Muda, diantaranya kemurnian idealismenya, keberanian, dan keterbukaan
dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan –gagasan baru, memiliki semangat
pengabdian, spontanitas, dinamis, inovatif serta kreatif. Umumnya para remaja
menggunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dengan kegiatan-kegiatan yang
positif yang berguna bagi dirinya maupun bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada dari sebagian remaja yang sikap
dan perilakunya mengarah pada prilaku menyimpang. Perilaku menyimpang tersebut
biasa berwujud perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma hukum, sosial dan
agama seperti ; perkelahian antara pelajar (tawuran), penyalahgunaan
obat-obatan terlarang, membolos dari sekolah, penodongan, dan melakukan
berbagai tindak pidana lainnya. Perbuatan mereka yang demikian jelas
menimbulkan masalah dan kerugian bagi dirinya sendiri, keluarga, masnyarakat
dan negara.
1
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
konsep dari tingkah laku menyimpang?
2.
Apa
saja jenis-jenis tingkah laku menyimpang?
3.
Jelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku sosial?
4.
Apa
pelayanan yang tepat terhadap remaja untuk menghindari tingkah laku menyimpang?
5.
Bagaimana
upaya guru pembimbing mengatasi masalah tingkah laku menyimpang sesuai bidang
bimbingan?
C.
TUJUAN PENULISAN
1.
Mengetahui
konsep dari tingkah laku menyimpang.
2.
Memahami
jenis-jenis tingkah laku menyimpang.
3.
Menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku menyimpang.
4.
Mengetahui
pelayanan yang tepat terhadap remaja untuk menghindari tingkah laku menyimpang.
5.
Memahami
upaya guru pembimbing mengatasi masalah tingkah laku menyimpang sesuai bidang
bimbingan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
(TINGKAH LAKU MENYIMPANG PADA
REMAJA)
A.
Konsep Tingkah Laku Menyimpang
Perilaku menyimpang yang juga biasa
dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang
kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian
daripada makhluk sosial.
Definisi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Definisi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Berikut ini
pengertian perilaku menyimpang menurut pandangan beberapa ahli.
a. James Vander
Zenden
Menyebutkan bahwa
penyimpangan adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai
hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
b. Robert M.Z.
Lawang
Mengungkapkan penyimpangan
adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem
sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk
memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.
c. Bruce J. Cohen
Mengatakan bahwa
perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan
diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam
masyarakat.
d. Paul B. Horton
Mengutarakan bahwa
penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran
terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
3
e. Lewis Coser
Mengemukakan bahwa
perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan
dengan perubahan sosial.
B.
Jenis-jenis Tingkah Laku Menyimpang
Jenis-jenis perilaku menyimpang dibedakan menjadi dua,yaitu
:
v Penyimpangan
menurut sifatnya,yaitu :
a. Penyimpangan Sosial Primer :
Penyimpangan sosial yang bersifat sementara atau temporer
yaitu penyimpangan ini hanya terjadi beberapa kali saja dan tidak terus
berulang,pelaku dari penyimpangan ini biasanya masih diterima oleh lingkungan
sosialnya.
b. Penyimpangan Sosial Sekunder :
Penyimpangan sosial ini bersifat terus-menerus atau berulang,sehingga pelaku sulit untuk
diterima atau bahkan akan ditolak oleh lingkungan sosialnya.Pelaku penyimpangan
ini disebabkan karena ia tidak bisa berlaku sesuai dengan status dan perannya
dalam lingkungan sosialnya.
v Penyimpangan menurut pelakunya,yaitu :
a. Penyimpangan Individual :
Penyimpangan ini dilakukan oleh
individu atau seseorang dan disebabkan karena ia tidak bisa atau belum bisa
untuk mengendalikan dirinya.
Penggolongan sesuai dengan kadarnya :
1) Pembandel.
2) Pembangkang.
3) Pelanggar.
4) Perusuh/Penjahat.
5) Munafik.
4
b. Penyimpangan Kelompok :
Penyimpangan ini dilakukan oleh
sekelompok orang,mereka mematuhi norma-norma yang berlaku di kelompok mereka,tapi
norma-norma tersebut bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di lingkungan
sosial.
c. Penyimpangan Campuran :
Penyimpangan ini berasal dari perpaduan
antara penyimpangan individu dengan penyimpangan kelompok,pada awalnya
penyimpangan ini dilakukan oleh individu,kemudian orang tersebut menemukan
sebuah kelompok yang menurutnya memiliki norma tersendiri,namun pada dasarnya
norma kelompok tersebut bertentangan dengan norma yang berlaku di lingkungan
sosial.
C.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi munculnya Tingkah Laku Menyimpang pada Remaja
1. Faktor Intern
adalah dalam diri individu, yang terdiri dari dua golongan :
- Faktor
Psikologis.
a.
Intelegensi
b.
Bakat
c.
Minat
d.
Motivasi
e.
Perasaan dan sikap
-. Faktor
Fisiologis yaitu cacat jasmani.
Cacat jasmani pada
diri individu yang bersangkutan pada umumnya tidak mampu menjaga
dirinya.
Itelegensinya menjadi sangat tidak bisa berkembang, individu tersebut tidak
mengerti
dan tidak diajari.
Individu yang mempunyai cacat jasmani selalu diliput rasa malu, perasaan
harga diri rendah.
5
Mengenai cacat
jasmani Kartini Kartono (1983:61) mengatakan bahwa individu yang
mempunyai cacat
jasmani merasa malu dan sangat menderita batinnya. Hari depan mereka terasa
gelap, dipenuhi
rasa malu, ketakutan dan ragu-ragu. Kondisi sarafnya selalu dalam keadaan
tegang individu
merasa selalu gagal dalam segala hal karena menyangka orang lain
melakukannya.
Dari pengertian
tersebut di atas bahwa individu yang mempunyai cacat jasmani tidak
memiliki semua
dalam mencapai prestasi. Hilang keberanian untuk melanjutkan perjalanan
hidup karena
dibayangi oleh perasaan diri tidak mampu dan rasa rendah diri.
2. Faktor Ekstern
adalah faktor diluar diri individu yang termasuk dalam faktor ekstern, adalah :
a. Faktor
Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan
tempat yang pertama-tama individu belajar dan menyatakan dirinya
sebagai makhluk
sosial dalam hubungannya dengan kelompok keluarga. Keluarga dapat
memberikan pengaruh
yang besar terhadap sikap dan tingkah laku seseorang di kemudian hari.
Sikap dan tingkah
laku individu dalam pergaulannya dalam masyarakat mencerminkan berbagai kehidupan
keluarganya. Keluarga yang baik adalah merupakan tempat pendidikan yang baik
pula bagi individu, sebaliknya individu yang hidup dalam satu keluarga yang
tidak harmonis akan membawa pengaruh buruk terhadap perkembangan sikap dan
tingkah laku individu sehari-hari.
Romli Atmasasmita
(1983:55) mengatakan bahwa :
Keluarga sangat
memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian si
anak, maka tingkah
laku dan pergaulan serta harmonisasi atau kerukunan orang
tuanya selain
menjadi perhatian dan teladan bagi anak. Dengan adanya kerukunan
orang tua, anak
merasa adanya keamanan dalam kehidupan.
6
b. Faktor
Lingkungan Sekolah
Kedaan sekolah yang
tidak memenuhi persyaratan akan menimbulkan konflik bagi siswa,
adapula guru-guru
yang datangnya tidak teratur serta bersikap masa bodoh terhadap siswa, sehingga
siswa banyak mengalami kesulitan atau frustasi dengan demikian hubungan yang
baik antara guru dengan siswa dapat membekali siswa dengan norma-norma yang
baik pula. Sedangkan adanya salah didik dari pihak guru akan membawa siswa
kepada penyimpangan tingkah laku yang berbentuk siswa mulai membenci kepada
guru dan tidak menyukai sekolah, tidak menyukai disiplin dan membangkang perintah
guru.
D.
Pelayanan yang Tepat terhadap Remaja untuk Menghindari
terjadinya Tingkah Laku Menyimpang di Lingkungan Keluarga, Sekolah dan
Masyarakat
1.
Keluarga
ü menciptakan hubungan yang harmonis dan terbuka diantara
anggota keluarga
ü orang tua jangan menuntut secara berlebihan kepada anak
untuk berprstasi
ü membantu mengatasi berbagai kesulitan yag doalami remaja
2.
Sekolah
ü menegakkan kedisplinan
ü membantu mengatasi masalah yg di alami
ü menyediakan fasilitas, sarana dan prasaranan
ü manjalin kerjasama dengan berbagai pihak terkait
3.
Masyrakat
ü secara bersama-sama ikut mengontrol dan mengur bila ada
siswa yg tidak masuk kelas
ü mlaporkan kepda pihak sekolha bila mengetahui ada siswa dari
sekolah itu melakukan perilaku menyimpang
7
E.
Upaya Guru mengatasi Masalah Tingkah Laku Menyimpang pada
Remaja
1.
Penanganan Individual
Remaja ditangani sendiri, dalam tatap muka empat mata dengan
psikolog atau konselor. Kalaupun diperlukan informasi dari orang tua atau
orang-orang lainnya, mereka diwawancarai tersendiri pada waktu yang berlainan.
Dalam penanganan secara individual ini bisa dilakukan beberapa macam teknik :
·
Pemberian petunjuk atau nasihat
(guidance)
·
Konseling
·
Psikoterapi
Dalam hubungan ini ada beberapa aliran psikoterapi, yaitu:
ü Terapi tingkah yang beorientasi pada aliran behaviorisme.
Tujuannya adalah menghilangkan perilaku yang mengganggu dengan memberikan
latihan-latihan sedemikian rupa sehingga tingkah laku yang mengganggu itu
hilang.
ü Terapi psikoanalitik. Teknik ini menggunakan teori
psikoanalisis dari Sigmund Freud yang tujuannya adalah menjelajahi alam
ketidaksadaran klien sampai faktor penyebab gangguannya terbongkar.
ü Terapi humanistik. Tujuan dari teknik ini adalah membantu
klien untuk menerima dirinya sendiri, menyadari potensi-potensinya dan
mengembangkannya secara optimal, menumbuhkan kepercayan diri dab belajar untuk
puas pada apa yang telah dicapainya.
ü Terapi transpersonal. Tujuannya adalah untuk mengajak klien
menempatkan dirinya sebagaibagian dari kosmos dan mencoba menerima segala
sesuatu yang terjadi pada dirinya sebagai hal yang wajar karena itu adalah
kehendak daripada suatu sistem yang lebih besar.
8
2.
Penanganan Keluarga
Biasanya hal ini dilakukan jika dinilai bahwa masalah yang
dihadapi remaja berkaitan erat dengan perilaku atau cara-cara pendekatan yang dilakukan
oleh orang tua atau anggora keluarga lainnya di rumah terhadap remaja yang
bermasalah itu. Tujuan dari teknik ini adalah agar keluarga sebagai suatu
kesatuan bisa berfungsi dengan lebih baik dan setian anggota keluarga bisa
menjalankan perannya masing-masing yang saling mendukung dan saling mengisi
dengan anggota keluarga lainnya.
3.
Penanganan Kelompok
Tujuan dan dasar teorinya juga
hampir sama dengan terapi keluarga, tetapi anggota kelompok yang diterapi
bersama-sama ini tidak perlu saling ada hubungan keluarga, melainkan bisa orang
lain. Konselor bertugas merangsang anggota terapi kelompok itu untuk saling
bertukar pikiran, saling mendorong, saling memperkuat motivasi, saling
memecahkan persoalan dan sebagainya.
4.
Penanganan Pasangan
Klien ditangani berdua dengan
temannya,ahabatnya atau salah satu anggota keluarganya. Maksudnya adalah agar
masing-masing bisa betul-betul menghayati hubungan yang mendalam, mencoba
saling mengerti, saling memberi, saling membela, dan sebagainya.
9
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Perilaku menyimpang yang juga biasa
dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang
kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian
daripada makhluk sosial.
Jenis-jenis
perilaku menyimpang dibedakan menjadi dua,yaitu :
Penyimpangan
menurut sifatnya,yaitu :
a. Penyimpangan Sosial Primer
b. Penyimpangan Sosial Sekunder
Penyimpangan menurut pelakunya,yaitu :
a. Penyimpangan Individual
b. Penyimpangan Campuran
c. Penyimpangan Kelompok
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
munculnya Tingkah Laku Menyimpang pada Remaja
1. Faktor Intern adalah dalam diri individu, yang terdiri dari dua
golongan :
- Faktor
Psikologis.
2. Faktor Ekstern adalah faktor diluar diri individu yang termasuk dalam
faktor ekstern, adalah :
b. Faktor
Lingkungan Sekolah
a. Faktor
Lingkungan Keluarga
10
B.
SARAN
Komunikasi yang intens juga
sangat membantu anak untuk mengenali dan memahami masalah yang dihadapinya
serta merasa aman dan nyaman ketika bersama orang2 terdekatnya. Karena tidak
jarang, kenakalan remaja disebabkan oleh rasa frustasi, kesulitan mencari sosok
yang dapat dijadikan panutan dalam pola hidupnya serta kesukaran dalam
penyesuaian terhadap perubahan2 dan perkembangan yang terjadi pada dirinya,
baik dari aspek fisik maupun mentalnya dengan lingkungan sosialnya.
Dan sebagai masyarakat yang hidup
dikelilingi oleh hokum hendaknya kita lebih bersadar diri tentang tindakan kita
sehari-hari agar yang kita lakukan tidak berdampak buruk bagi lingkungan yang
ada.
11
DAFTAR
PUSTAKA
Sarwono, Sarlito W. 2012.Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali
Pers
Mudjiran, dkk. 2007.Perkembangan Peserta Didik. Padang:UNP
PRESS
Kartini, Kartono,1986, Psikologi Sosial 2, Kenakalan
Pelajar, Jakarta, Rajawali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar